Menulis itu menyembuhkan v.2.0

   Baiklah, setelah beberapa lama aku tidak menulis, karena hal hal yang ingin aku tulis, selalu berhenti dengan penolakan logika dari diri sendiri. semisal ide untuk menulis tentang riba, tentang rantai makanan dalam imu biologi. dan sebagainya.

   kebanyakan ideku itu tak sempat tertulis dimanapun, karena dalam diskusi internal kepalaku. aku sama sekali tidak menuemukan titik temu yang bisa kutelurkan dalam sebuah catatan.

    Baik, dan kali ini aku menulis setelah terinspirasi dari dua buku terakhir yang kubaca. meskipun keduanya belum selesai kubaca semua. karena memang aku mambacanya scara paralel. tetapi ada benang yang bisa kusambungkan diantara keduanya. yang lucu dari buku yang kubaca adalah, keduanya buku psikologi. 

    yang pertama adalah buku "Search Inside Yourself" disini lebih kapda cara pandang agama budha. tapi yang lebih di tekankan adalah meditasinya. terapi yang di tonjolkan pada 2 bab pertama disini adalah untuk sesering mungkin sadar tentang diri sendiri. dan cara termudah melakukannya adalah untuk selalu marasakan kondisi tubuh, pada perasaan apapun, seringlah memperhatikan reaksi dari tubuh kita. semisal kita berjalan dan tersandung, reflek apa yang terjadi pada kita.

    perhatian kepada diri sendiri ini disebut sebagai kesadaran penuh, yang mempermudah kita untuk bisa mengontrol emosi kita. agar supaya bisa lebih tenang.

    Lalu, mengenai judul "Menulis Itu Menyembuhkan v.2.0", sebelumnya aku sudah pernah menulis tentang menulis itu menyembuhkan. dan kali ini aku membahas tulisan yang mirip tetapi dengan pemahaman lain.

    di buku SIY ada sebuah riset yang di tuliskan, bahwa orang orang yang memiliki waktu setidaknya lima belas menit setiap hari untuk menulis tentang perasaan mereka, memiliki pekerjaan yang lebih baik dari orang orang yang jarang menulis tentang diri mereka sendiri.

     ini seolah menjadi obat yang benar benar nyata. bahwa menulis itu menyembuhkan, bahkan untuk mereka yang sehat, semakin lebih produktif. 


     dan dari buku yang satunya, termasuk buku psikologi juga, bahwa menulis yang bisa membangkitkan semangat dan optimisme, bahkan kita bisa mengukur seberapa optimis kita, seberapa tenang perasaan kita. adalah menulis dengan tangan, diatas kertas putis kosong tanpa garis.

   ada beberapa cara untuk melihat apakah kita sedang tertekan atau tidak, apakah sedang optimis atau pesimis terhadap pendapat yang kita tulis.

   dan dari dua buku itu, aku menyimpulkan, bahwa membaca itu membuka pengetahuanmu, tetapi implementasi sederhananya adalah, menulis apa yang kamu rasakan dengan pengetahuan baru. dan kesembuhan (Optimis dari pesimis), itulah setelahnya.

#iamseventeen #abdillahwahab #menulisitumenyembuhkan

Comments