Aku mulai menulis dulu sejak SMP, yang aku tulis dulu hanya semacam puisi, tetapi tidak ada kaedah kaedah yang aku tahu bagaimana menulis puisi. Aku hanya menulis tulisan yang menurutku bagus, maka aku sudah menganggapnya puisi. Beberapa aku mencontek dari lagu lagu.
Lambat laun, tulisan pun berganti, pernah menulis cerpen, menulis essay, dan sekrang menulis blog. Hal yang berbeda lagi. Tetapi yang dinamakan proses pembelajaran, bukan berhenti dimana kamu akan selesai menulis. Tetapi memang bagaimana tulisanmu terus berkembang dan lebih baik lagi.
Belajar |
Kali ini aku tidak membahas menulis. Aku membahas bagaimana sebuah proses belajar, juga perlu di pelajari. Aku bukan mahasiswa, aku tidak pernah kuliah dimanapun. Tetapi aku yakin, untuk teman-teman yang kuliah di jurusan pendidikan, mereka pasti tau, bahwa proses belajar, juga perlu dipelajari, untuk lebih tau, dan lebih mengerti cara yang terbaik untuk belajar. Itulah kenapa judul tulisan ini kuberi judul “belajar cara belajar”
Oke, dan cara belajar yang paling efektif yang selalu aku lalui adalah proses yang biasanya orang orang menyebut dengan istilah “learning by doing”. Ya, aku selalu belajar dengan apa yang aku lakukan.
Sejak dulu aku selalu ingin berlajar berbisnis. Berbisnis merupakan pekerjaan yang paling menjanjikan menurutku. Paling terlihat masa depan, karena siapapun yang berusaha pasti ada jalan. Dulu aku sering membaca buku buku marketing, membaca buku buku motivasi, dan lainnya. Aku tau satu hal, bahwa semua buku itu tidak berguna. Keculai di praktekkan. Oke, sampai disini aku tahu apa yang seharusnya kulakukan, tetapi aku tidak tahu bagaimana cara memulai.
Kemudian sampai bertahun akhirnya pada tahun ini aku benar-benar punya keberanian untuk memulai bisnis. Tidak besar memang, dan terlihat konyol. Tetapi bukan itu pointnya. belajar dengan apa yang dikerjakan menjadi sesuatu yang menyenangkan saat ini. Aku baru sekali menemukan masalah, masalah pada diri sendiri, yang tidak kutemukan di buku buku. Tidak kutemukan di blog blog internet. Tetapi justru kutemukan jawabannya di warung kopi.
Sebuah pembelajaran lagi, bahwasannya hidup dengan layar monitor laptop saja tidak membuatku lebih tahu segalanya dibanding mereka yang sering nongkrong di warung kopi.
Dan setelah aku menyadari itu, aku tahu, kedepan aku akan menemukan hal hal baru, yang aku belum bisa prediksi saat ini. Tetapi aku sudah pamit kepada teman, sahabat, sekaligus mentorku, bahwasannya, “aku akan ada di titik, dimana kamu akan menertawakanku, sambil berkata ‘aku dulu juga begitu’ dan kemudian aku akan berada di titik yang sama dengan kamu. Menjadi mentor untuk orang lain yang ingin ber-usaha.”
Takdir hanyalah takdir, tidak merubah apapun dalam hidupku. Nasib adalah takdir yang kuciptakan, maka optimis adalah satu-satunya pilihan.
Comments
Post a Comment