Dianggap ada, frase yang sudah beberapa kali kukatakan kepada temanku sebagai frase yang jarang sekali digunakan untuk memuji. Pujian dianggap ada menjadi sedikit penyemangat ketika perhatian dan kepedulian benar benar sudah dicurahkan tetapi tidak di balas dengan senyum yang setimpal.
Dianggap Ada |
Mengingat bagaimana eksistensi kita, bagaimana usaha kita agar selalu dianggap ada. Ini tidak melulu tentang seorang kepada kekasihnya, kepada istri atau suaminya, kepada bosnya. Ini tentang keberadaan diri kita di lingkungan sosial.
Aku sendiri tidak memperdulikan apakah orang-orang disekitarku menganggapku ada atau tidak. Aku sudah terbiasa sendiri, melakukan hal-hal sendiri. Tidak kupungkiri bahwa aku tetap membutuhkan orang lain untuk melakukan banyak hal. Tetapi apakah orang lain itu membutuhkaku atau tidak, untuk sementara ini aku tidak memperdulikannya.
Dianggap ada, Perlu menunjukan siapa diri kita. Aku beberapa hari ini memperhatikan teman-temanku yang sering sekali aktif di sosial media. Aku jarang bertatap muka dengan dia di darat. Tetapi sering sekali kutemukan mereka membuat status di facebook atau bbm, membuat meme, membuat quotes, membuat konten yang berisi nyayian atau video. Semuanya merupakan upaya untuk tampil, usaha untuk eksis, dan kegiatan untuk menampilkan diri dihadapan orang lain.
Tidak terkecuali diriku sendiri, aku juga beberapa kali membuat status, konten, dan sebagainya yang bertujuan agar seseorang di luar sana mengetahui apa yang sedang aku rasakan. Atau setidaknya, akan memberikan feetback berupa minimal like atas cara berpikir kita.
Pada hal yang seperti ini, ketika konten tersebut berisi hal yang sangat menyentuh hati, kadang kita tidak mau dikatakan sebagai orang yang mencari perhatian. Padahal, jelas sekali bahwa setiap konten yang kita publikasikan di sosial media, adalah kehausan kita akan perhatian. Jelas itu.
Merasa kurang perhatian inilah yang sering kali membuat kita merasa tidak “dianggap ada” oleh beberapa orang.
Bahkan termasuk tulisan ini. Tulisan ini adalah buah pikir dari abdillahwahab sendiri. Jika ada beberapa teman yang membaca ini kemudian berpikir bahwa abdillahwahab ingin diperhatikan, anggap saja benar. Karena setiap konten memiliki unsur menarik perhatian.
Yang paling aku sedihkan dari “mencari perhatian” di sosial media ialah kekecewaan atas respon dari setiap responder kepada konten tersebut. Bukan soal seberapa sering aku mengalami, tetapi aku terlalu sering melihat teman-temanku dibully.
Dan hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk dianggap ada hanyalah menganggap orang lain benar benar ada.
Nb: aku menganggapmu ada, tetapi sengaja aku diam. Agar aku semakin tiada untukmu.
#abdillahwahab
#dilathink
Comments
Post a Comment