Kembali KeFitri

Aku belum pernah pacaran dengan perempuan yang namanya fitri. Ibuku juga bukan fitri namanya. Jadi kembali ke fitri itu kemana?

Merasa bahwa kembali ke fitri itu kembali menjadi bersih? Hm, sebersih apa? Gak perlu berpikir bersih kalau sholat saja masih belum bisa lima waktu. Yang sudah lima waktu, jangan merasa sudah bener kalau belum tepat waktu. Kalaupun sudah tepat waktu, gak usah merasa sudah bagus kalau tidak berjamaah. Ini baru yang wajib.
Kalaupun puasamu sebulan penuh, tapi sholatmu tidak 5 waktu. Apa bagusnya? Bukankah pertanyaan pertama itu soal sholat? Kalau sholatnya bagus ya kemungkinan selanjutnya bagus. Kalau sholatnya jelek, ya demikian pula selanjutnya.
Pertanyaan yang selalu kutanyakan kepada sahabatku yang dekat dengan hatiku adalah, “bagaimana sholatmu?” entah kenapa aku ingin menanyakan itu. Barangkali sebenarnya aku bukan ingin mengingatkan mereka. Tetapi lebih kepada nafsuku untuk mendapat lebih banyak pahala dengan mengingatkan untuk lebih baik sholatnya. Aku sendiri sholatku juga kurang baik. Dan karenanya, aku selalu mengingatkan temanku. Agar aku semakin malu, kalau senadainya aku lupa sholatku. Bagaimana mungkin aku bisa mengingatkan teman untuk sholat kalau sholatku sendiri masih bolong bolong.
Level kewajiban dari hal tersulit adalah sholat (+ syahadat), puasa, zakat, Haji. kalau haji tak usah lah ditanya. Sudah haji atau belum, sudah umroh atau belum. Karena kita yang scara geografis jauh dari ka’bah. Kalau soal zakat? Tak usah ditanyakan juga, insyaAllah temen temen semua akan membayar zakat. Pertanyaanya adalah, sudah betulkah hitungan zakatmu?
Sampai aku dewasa, zakat yang aku bayarkan hanyalah zakat fitrah, mungkin ini juga alahsa kenapa setelah puasa dan zakat fitrah menjadi fitri. Ternyata ada banyak zakat. Dan sebagian besar adalah zakat harta benda kita. Aku bahkan kesulitan menghitung berapa zakat yang harus aku bayar untuk setiap harta benda yang aku punya. Untuk setiap penerimaan yang aku dapatkan. Tetapi sungguh senangnya, karena ada kemurahan untuk melakukannya. Pada penghitungan hisab nanti, ketika zakat kita kurang, maka akan diambil hitungan sedekah. Dengan demikian, memperbanyak sedekah menjadi penyelesaian untuk menutupi kekurangan zakat yang harus kita bayar. Kecuali kalau kamu benar benar bisa menghitung berapa zakatmu.
Pada kegiatan puasa. Sebenarnya, melihat aurot perempuan itu membatalkan puasa tidak sih? Bukankah puasa kita rawan sekali batal tanpa sepengetahuan kita? Nah, di point ini, puasa senin kamis itulah yang menjadi penutup kebocoran puasa selama ramadhan. Karena bagaimanapun juga, kita tidak akan pernah tau berapa hari dalam sebulan puasa kita yang benar benar diterima sebagai ibdah puasa yang baik. Meskipun puasa senin kamis blm tentu juga manjadi puasa yang baik (tidak batal tanpa sepengetahuan). Tetapi setidaknya, niat untuk melakukan kebaikan sudah dilaksanakan. Dengan demikian, ada nilai kebaikan yang dicatat malaikat.
Tetapi semua itu akan sangat bergantung kepada seberapa baik sholat kita. Sholat menjadi penentu untuk menilai, apakah ibadah ibadah yang lain itu baik atau tidak. Apakah ibadah ibadah yang lain tadi bisa dikatakan sempurnah atau tidak.
Setiap sholat wajib memiliki sayap sholat rowatib. Bukankah itu adalah keringanan untuk dilakukan, karena jikalau sholat wajib kita kurang sempurnah, akan ditutupi dengan sholat sunnahnya.
Tetapi seperti yang pernah kudengar dari seorang kyai ketika berceramah, bahwasannya menghitung berapa zakat yang harus kita bayar itu mudah, yang susah itu mengeluarkannya. Dan itu semua berlaku untuk sholat, puasa, dan haji. Sangat mudah menghitung, tapi susah melakukan.
Semoga saya diingatkan dengan kalimat saya sendiri ini. Aamiin

Dan kalau sudah demikian, aku harap Fitri mau balikan lagi.

Comments