Mengapa Kamu Menulis?

Aku sengaja membuat judul seperti diatas ini karena sebagai effortless success tentang menulis. Buat kamu tentu saja. Setiap pembaca seharusnya juga seorang penulis, meskipun jumlah yang ditulis jauh lebih sedikit dari pada yang dibaca.


Pada postinganku sebelumnya, aku menulis tentang resolusi. Pada prinsipnya tulisan itu membahas bagaimana sebuah tulisan pendek yang aku sebut sebagai tagar menjadi sebuah penyemangat tanpa aku sadari. Karena dengan membacanya berulang-ulang akan menjadikan kita menjadi seperti yang dibaca itu. Ini masih berhubungan dengan afirmasi yang pada beberapa waktu lalu juga aku tulis di blog ini.

Lagi-lagi, hari ini aku ingin menulis tentang afirmasi. Sebuah langkah untuk merubah diri kita menjadi lebih baik atau dalam bahasa lain kita sebut pengembangan diri. 

Aku punya cerita unik tentang menulis dan afirmasi. Jika sebelumnya aku pernah menyampaikan bahwa, “kamu hari ini, adalaha apa yang kamu baca 5 tahun lalu. dan apa yang kamu baca hari ini, adalah kamu 5 tahun kedepan”. Kalimat ini ternyata masih kalah hebat dengan sebuah fakta yang aku temukan berdasarkan pengalaman pribadi. Sebuah tindakan yang aku tidak terfikirkan akan seperti ini efeknya.

Seperti yang banyak teman temanku tau, bahwa pada akhir akhir ini aku berikhtiar mencari jodoh dengan beberapa kriteria. Pada mulanya aku kira ini memang sudah alami, bahwa sudah saatnya mencari seorang yang lebih baik dari sebelumnya. Tetapi ketika aku membaca beberapa tulisanku di blog ini, aku menyadari sesuatu. Pada tulisan dengan judul Bagaiaman rasanya jatuh cinta?, aku menemukan sebuah tulisan yang mendeskripsikan bagaimana hari ini aku mencari dan memantaskan diri.

Meskipun dulu sudah aku pikirkan bahwa aku ingin seperti demikian, tetapi aku belum tahu bagaimana aku menjalaninya ketika aku menulis itu. Dan pada titik ini, aku sudah melakukannya. Meski kata memperbaki diri adalah sebuah proses yang tanpa henti. Tetapi aku berani mengatakan bahwa aku sudah tau apa yang harus aku lakukan dibandingkan dengan ketika aku menulis itu. Padahal, aku tidak membuat rencana apapun dengan tulisan itu. Atau setidaknya aku sudah melupakan tulisan itu, sejak beberapa bulan setelah aku menulisnya.

Ada cerita unik lagi, yang ini lebih aneh menurutku. Ketika aku sekolah, aku sering mencatat. Tetapi catatanku itu hampir tidak pernah aku baca lagi. Sampai akhirnya aku menyadari, ternyata ketika aku mencatatnya aku akan mengingatnya lebih mudah ketimbang aku tidak mencatatnya. Meskipun catatan itu tidak pernah aku baca lagi. dan ternyata, ketika aku diskusikan dengan temanku soal kebiasaan catatanku yang tidak kubaca itu, temanku juga mengamininya. Artinya  keanehan itu tidak hanya berlaku di aku, tetapi di beberapa temenku juga seperti itu.

Dengan mencatat, kita lebih mudah mengingat untuk hal hal tertentu, meskipun catatannya hampir tidak pernah lagi dibaca.

Kesimpulanku adalah, menulis juga merupakan afirmasi. Bukan hanya membaca yang merupakan afirmasi. menulispun sama. Maka aku sarankan buat teman teman, menulislah.

Dan pada akhirnya, Menulis diniatkan untuk mengafirmasi, dibaca berulang ulang, ditulis berulang ulang seperti penggunaan tagar yang kulakukan beberapa tahun ini. Akan sangat berpengaruh dalam kehidupan. InsyaaAllah.

Pengalaman ini, membuatku semakin mantap untuk membuat perencanaan dengan tulisan yang baik, bacaan yang baik, dan juga tagar yang tentu saja keren untuk digunakan dan membangun diri ketika membacanya.

Tulislah keinginan, dengan kalimat sederhana  “Aku ingin ….” meskipun hanya pernah ditulis sekali, meskipun hanya dibaca sekali. tetapi 3 dari 5 indramu tahu, apa yang kamu inginkan.

Sudah 7 Desember, semoga pembaca sudah terbuka untuk mengakhiri 2018 dengan instrospeksi diri, dan mengawali 2019 dengan perencanaan dan optimisme.


Comments