Kepada Siapa Kita Memberi (Sedekah)?

Bissmillah, , ,
Memberi. Kita sering menyaksikan banyak pemberian disekitar kita, seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain. Atau suatu lembaga memberikan bantuan kepada orang atau momunitas. Memberi adalah hal yang lumrah sebenarnya. Memberi adalah aktifitas yang seharusnya kita sering lakukan.

Bahkan memberi tidak menyempit hanya soal materi fisik, uang atau suatu benda. Bahkan nasehat juga menjadi object dari sebuah aktifitas memberi.  Ada banyak temen yang sebetulnya butuh nasehat, saking butuhnya bahkan temen yang tidak punya ilmu apa apa, ketika memberika nasehat, juga diterimanya. Itulah memberi.

sedekah, memberi, artikle, catatan pribadi


Ada kadang memberi karena si pemberi memiliki kelebihan baik harta atau waktu ataupun ilmu. Tetapi ada juga yang memberi karena si penerima pemberian itu butuh. Semisal nasehat tadi, atau korban musibah yang akhir akhir ini terjadi. Tetapi alasan apapun, memberi itu tidak serta merta sebuah benda. Bahkan seucap do’a adalah pemberian yang lebih besar dari segalannya, jika doa itu memang tulus diucapkan.

Pemberian

Seperti yang kutulis diatas, aktifitas memberi memiliki sebuah object yang berupa pemberian. Pemberian inilah yang kadang orang berpikir untuk memberi hanya ketika lebih. Padahal tidak melulu pada kondisi lebih kita bisa memberi, dan tidak melulu kondisi kekurangan kita tidak bisa memberi.

Pemberian berupa harta, materi atau sesuatu yang berupa fisik. Yang paling sederhana kita bisa lakukan dalam aktifitas memberi adalah, memberikan makan kepada orang lain. Kadang kita lupa, kalau memberi makan kepada orang lain itu sejenis sedekah juga. Tau ndak gerakan berbagi ta’jil di bulan romadhn? Apakah mereka yang menerima takjil itu kekurangan? Enggak semua. artinya, sedekah makanan itu tidak harus selalu kepada orang yang tidak bisa membeli makan, walau lebih utama memang ke-mereka. Contoh lainnya ketika hari jumat, ada banyak orang yang menyedekahkan nasi bungkus di masjid, boleh di ambil siapa saja di masjid setelah sholat jumat. Pertanyaannya apakah setiap orang yang mengambil itu orang yang tidak bisa membeli makan? Tidak. Sedekah makanan itu untuk semua orang, karena semua orang membutuhkan makanan.

Baik, lanjut kepemberian non fisik. Seperti yang kubilang tadi, nasehat juga sebuah pemberian. Kita tidak tahu, sebelah mana dari kegagalan kita yang akan menjadi ilmu, dan pembelajaran bagi orang lain agar tidak seperti kegagalan kita. Itu adalah sebuah jenis pemberian yang tanpa kita sadari kita sudah memberikannya. Bahkan jelas, tanpa mengurangi sedikitpun pengetahuan kita. 

Ada pepatah, pengalaman adalah guru yang terbaik, dan sebaik baiknya guru, adalah pengelaman orang lain. Oke, bukankah dengan kegagalan itu, kita berarti menjadi sebaik-baiknya guru bagi orang lain? Kita sering lupa, bahwa memberi atau dalam hal ilmu, kita sering mengatakan berbagi, adalah sebuah aktifitas yang tidak akan merugikan kita sedikitpun.

Kita boleh merahasiakan aib, bahkan sangat dianjurkan untuk menjaga aib. Tetapi kita bisa membagikan alasan kenapa kita gagal, kenapa kita jatuh, sejauh tidak mengumbar aib tentunya. Sebagai pengetahuan dan peringatan bagi orang lain.

Pilihan Memberi

Judul ini aku pilih, sebenarnya bukan untuk memberikan pilihan antara memberi atau tidak. Karena bagiku, memberi itu bukan pilihan. Tetapi keharusan yang kita mau melaksanakan atau menunda melaksanakan.

Pilihan yang kumaksud adalah, kepada siapa pemberian itu kita berikan.

Kepada siapa kita memberi? Aku ini termasuk orang yang suka pilih-pilih untuk memberi. Pernah salah seorang bapak dari mantan pacarku, menyampaikan begini “Kita mesti banyak membantu orang orang tua, orang miskin, menolong gembel dan orang orang yang sudah tidak bisa bekerja. Kenapa? Karena bantuan bantuan besar dari pemerintah, LSM atau organisasi, kebanyakan programnya membantu membuatkan fasilitas umum, seperti masjid, jalan, pengairan, dsb. Jarang sekali kita temukan bantuan yang menyasar kepada personal orang-orang seperti itu.” Nah karnea ungkapan beliau itu, aku sampai detik ini, menurunkan drastis sedekahku ke bangunan (walaupun itu masjid). Ini bukan anjuran untuk ditiru, tetapi  jika memang aku ingin bersedekah, tentu orang miskin disamping masjid lebih butuh dipandingkan masjidnya (mungkin kondisi tertentu tidak).

Kemudian pengamen. maaf sebelumnya untuk profesi pengamen. aku tidak ingin memberikan sedikitpun rupiahku untuk mereka. Karena bagiku, aku tidak memiliki kewajiban untuk memberi kepada mereka, dan mereka juga tidak memiliki hak untuk meminta. Sehingga aku tidak memberikan sedikitpun. Kecuali pengamen di Bus umum. aku kadang merasa tidak nyaman jika tidak memberi. Pengamen bus umum setidaknya menyelesaikan 2-3 lagu sebelum meminta diberikan “sedikit rizki” kepada penumpang bus. Ditambah lagi sebagai penutup lagu-lagu mereka, mereka setidaknya akan mengucapkan sekalimat do’a “Semoga selamat sampai tujuan”. Tidakkah kita berpikir, bahwa kita selamat sampai tujuan karena do’a dari mereka. Kita selamat sampai tujuan meskipun sopir bus mengendara dengan ugal-ugalan.

Itulah sekelumit cara pandangku dalam memberi. Jangan bosan memberi, jangan malu memberi. Memberi adalah kebanggan, sekecil apapun itu, sebesar apapun itu.

Memberilah, terlebih jika mau membagikan tulisan ini. Semoga bermanfaat.

Comments