Haruskah Bangga Menjadi PNS?

hari ini aku ingin berbagi pandanganku mengenai PNS.
bagiku sendiri, aku kurang berminat bekerja sebagai PNS. mungkin aku pernah membayangkan bekerja sebagai PNS. tetapi aku tidak pernah punya master plan untuk menjadi seorang abdi negara. PNS, menurutku sama saja dengan pekerjaan lainnya. itu hanya berbeda di lokasi dan kepada siapa kamu bekerja.

test CPNS, CPNS, PNS
Source : liputan6.com


lebih umum lagi, menjadi abdi negara tidak melulu seorang PNS, bahkan menjadi aparatur desa pun, yang notabene tidak sebagai PNS, juga merupakan abdi negara. so, menjadi abdi negara seharusnya tak sesusah menjadi PNS. 

Apa yang paling menggiurkan dari PNS, banyak orang yang menganggap bahwa dana pensiun yang didapat itulah yang membuatnya begitu menggoda. tetapi itu hanya hal umum saja. sebenernya lebih dari itu, ada banyak keuntungan lain yang bisa di dapat jika sudah menjadi PNS, mulai dari gengsi yang naik, pendapatan yang stabil, hingga SK yang bisa digadaikan. belum lagi kalau ternyata yang PNS itu ternyata oknum yang nakal, kan bisa aja meminta “suap” untuk memproses sesuatu agar semakin cepat. atau malah menunda mengerjakan jika tidak di”suap”. (belum bisa makan sendiri kok dijadikan PNS.)

Baik, sebagian besar, menggiurkannya dari sisi materi. tetapi adakah nilai menjadi seorang PNS lebih dari materi? sebenarnya banyak, hanya saja itu bergantung dari personalnya. kalau memang seorang PNS itu menikmati sebagai abdi dalam bekerja, niscaya bahwa pekerjaannya itu akan menjadikannya sejahterah dari sisi moral dan kejiwaan. toh, secara materi sebenernya sudah dipenuhi kebutuhannya melalui besaran gaji dan berbagai tunjangan.

Lalu, sebarapa menariknya buatku menjadi PNS? “tidak menarik”. Ini jawabanku, aku tidak tertarik menjadi seorang PNS. bahwa aku tertarik dengan gajinya, tentu saja. bahwa aku tertarik dengan fasilitasnya? tentu saja. tetapi pointku dalam bekerja bukan itu. bagiku, bekerja itu yang pertama adalah kenyamanan, uang itu yang kedua. hanya saja, kita tidak bisa mengukur kenyamanan ketika melamar bekerja, makanya kita biasanya mengukurnya dari uang, gaji. karena disanalah yang bisa kita ukur. setelah bekerja, barulah kenyamanan yang menentukan berapa lama kamu akan bekerja disana.

di kantorku hari ini saja, ternyata lebih dari separuh pegawainya meminta ijin untuk mengikuti test CPNS. untungnya tes mereka tidak di hari yang sama.  lalu kepada seorang yang kebetulan tidak mengikuti CPNS, aku tanya. kenapa dia tidak mendaftar PNS, dia bilang tidak berminat. alasan yang dikemukakannya, sederhana tetapi sangat mendasar. dia kata “semisal diterima kerja, dan ternyata tidak betah. mau keluar banyak yang mencemooh.”

menurutku jawaban ini jawaban yang bisa di terima banyak orang awam. alasan yang tidak bertele-tele. Kalau alasanku sendiri mungkin terlalu berlibet, dan terlalu banyak perhitungan. karena aku punya banyak pertimbangan. bukan berarti bilang temanku tidak banyak pertimbangan, barang kali memang itu alasan yang dikemukakan saja. alasan besar di belakang dia sembunyikan, siapa tau?.

begiku, bekerja di instansi pemerintahan, bahkan di level terendah, di kelurahan. ada banyak hal yang bisa membuat kita terjebak dalam kasus kasus yang menjadikan kita pembohong. kenapa pembohong? karena kita mau tak mau akan memanipulasi data untuk menyelamatkan diri. Bukan berarti kita selalu menyembunyikan fakta, kita hanya menutupi kekurangan yang akan berakibat sanksi, padahal bukan karena kesalahan. kita melakukan hal baik, sayangnya tidak sesuai SOP. inilah yang membuat kita menjadi memanipulasi data.

belum lagi, banyak oknum yang masuk PNS dengan cara menyogok. ada yang hingga ratusan juta untuk bisa menjadi PNS. aku kadang mikir, kalaupun aku punya duit sebanyak itu, kenapa aku harus menyuap untuk jadi PNS. semalas-malasnya aku, masukin deposito aja udah pasti ada pendapatan setiap tahunnya. atau kalau deposito kekecilan, masukin reksadana aja. jadikan modal usaha pun lebih baik. 

dan khusus kasus itu, aku sama sekali tidak bisa memahami, bagaimana bisa orang berpikir untuk menjadi PNS sampai harus menyogok sampai sebesar itu. ah, kukira aku saja yang tak sepintar oknum itu. hehehe


semoga bermanfaat. 

Comments