Tidak Perlu Berpikir Positif

"Udah, Positif thinking aja”. Begitu kira-kira kalimat teman yang berusaha untuk menghibur. Pertanyaannya kemudian positif thinking yang baik itu bagaimana?
Kadang-kadang menganggap semuanya akan baik-baik saja belum cukup untuk meyakinkan diri bahwa memang semuanya baik-baik saja.  Seandainya kita menginginkan sesuatu, tapi kemudian gagal. Gagal disini sebenar-benarnya gagal. Artinya tidak bisa diulangi lagi walau tahun depan, atau beberapa waktu lagi. Bagaimana caranya berpikir positif? Sedangkan ini sudah benar benar gagal.
Hal sederhana yang bisa dilakukan hanyalah. Lupakan! Tidak perlu berpikir positif. Tapi yang perlu dilakukan ialah jangan memikirkannya. Kenyataannya kita gagal. Siang ini misalnya ada teman yang sama sepertiku. Kehilangan harapan. Memang benar-benar kehilangan harapan. Artinya seberapa yakinpun kamu tentang masa depan. Otak kiri tetap saja tidak mampu membuktikan.
Dia bilang ; “Tidak perlu memikirkannya mas. Berdoa saja dan berusaha”. di point ini, tidak perlu memikirkannya mungkin masih bisa di jalani, tetapi ketika berdoa dan berusaha? Berdoa untuk apa? Berusaha untuk apa? Karena ini adalah hal yang haram didoakan, dan tidak mungkin diusahakan.
Dan jawabannya adalah “ya berdoa dan berusaha supaya dapat yang terbaik”. Oke, sampai disini masalahnya kembali ke awal. Jawaban dari kata terbaik tidak sama dengan lebih baik.  Aku selalu percaya, bagaimanapun cara menghitungku. Terbaik itu tidak selalu sama dengan lebih baik.
positif thinking
positif thinking

Misalnya begini, seorang anak baru lulus SMA, mendapatkan tiga tawaran interview berbarengan. Ketiga interview itu diundangkan dalam waktu yang sama, di lokasi yang jauh berbeda. Intinya hanya satu undangan interview yang bisa di datangi. Yang pertama, undangan interview menjadi buruh tenaga mesin bubut di pabrik. Yang kedua, undangan interview menjadi staff admin di sebuah BPR. Dan terakhir interview menjadi kepala bagian gudang sebuah pabrik rokok.
Dari ketiga tawaran itu. Manakah yang terbaik? Aku yakin semua sepakat yang terbaik adalah kepala bagian gudang. Tetapi sayangnya itu bukanlah yang terbaik untuk anak yang baru lulus SMA tadi. Yang terbaik untuk dia adalah yang mana kemampuanya sesuai dengan pekerjaannya. Jika anak itu memang sering kerja kasar, mungkin bisa melamar di buruh bubut. Jika anak itu SMAnya cerdas dan teliti, mungkin bisa menjadi staff admin di BPR. Tapi kalau menjadi kepala bagian gudang pabrik rokok? Sangat tidak mungkin. Karena kurangnya pengalaman.
Itulah kenapa ketika mengatakan agar kita mendapat yang terbaik, aku selalu berpikir bahwa terbaik tidak sama dengan lebih baik. Yang dimaksud disini untukku. Untuk seseorang secara pribadi. Bukan untuk secara umum.
Untuk hal ini, lagi-lagi kusimpulkan, tak perlu berpikir positif tentang itu. Cukup jangan pikirkan. Termasuk memikirkan secara negatif. Jangan! Perlu berusaha untuk memikirkan yang lain. misalnya dengan membuat sebuah kesibukan lain, atau membuat kegiatan lain.
Berpikir positif juga kadang di anggap optimisme. Ya anggap saja begitu. Optimis sama dengan berpikir positif. “Aku yakin berhasil. Aku yakin bisa. Aku pasti bisa”. Kalimat-kalimat yang biasanya digunakan untuk meyakinkan diri, membuat diri semakin berpikir positif. Benar memang. Benar adanya demikian. Kadang-kadang aku secara pribadi juga mengatakan. “Aku yakin suatu saat pasti bisa”. Tetapi apakah perlu diulang ulang ketika mengetahui sebuah fakta yang menyatakan bahwa aku, kamu atau kita ternyata tidak bisa berhasil?
Dan ketika sudah sampai di titik itu, ada sebuah jawaban yang tidak bisa di bantah. “Aku yakin, tuhan akan mengabulkan do’aku”. Ah, ketika engkau sudah membawa Tuhan. Aku tidak berani menjawabnya. Aku hanya berdoa, “semoga tuhan segera menjawamu”. Kalimat ini di ucapkan otak kiriku kepada hatiku.
So? Pentingkah berpikir positif? Tetap perlu berpikir positif. Tapi seperti di akhir obrolan dengan temanku. “Kita mesti sadar diri dan realistis. Perasaan tidak pernah mengalahkan kenyataan”. Artinya, kita mesti bagaimana? Sadar diri bahwa pada kenyatannya, tuhan telah menjawab setiap doa kita. Menjawab dengan pilihan jawaban ketiga. “Menggantinya dengan yang terbaik”
Lagi-lagi. Harus realistis. Baru lulus SMA jangan bermimpi jadi pekerja dengan jabatan tinggi. Realistis! Walau kepercayaan “Tuhan bisa melakukan segalanya” Tapi tuhan melakukannya pasti dengan cara yang bisa di terima akal manusia.
Sedikit membahas yang lain, walau ini masih ada hubungannya dengan berpikir positif.  Ketika ada masalah dalam sebuah pekerjaan, atau dalam hal lain. Pastikan itu diselesaikan dan kita mestinya senang melakukannya. Ketika ada suatu masalah aku selalu berusaha senang. Senang menjalani dan menyelesaikannya. Bukan apa-apa. Tapi aku selalu berpikir bahwa sebuah masalah akan menaikkan level dari diri kita.
Naik level bukan berarti naik jabatan dan atau menambah pendapatan. Naik level berarti wawasanmu bertambah, pengetahuanmu menambah, keterampilanmu berkembang, dan kebajikanmu membijak. Ada kalanya level seseorang tidak ada tolok ukurnya  di pekerjaan, di masyarakat, ataupun di keluarga. Tetapi level seseorang bisa menentukan nasibnya berbeda dari yang lain meski hanya satu langkah.
Berpikir positif penting. Tapi ingat untuk realistis.

*) Nasheat untuk diri sendiri
#abdillahwahab #blankidea #Puisi #Kumpulan #KumpulanPuisi #cerpen #kumpulanCerpen #blankidea #PuisiCinta #CerpenRomantis #Cerita #CeritaPendek #Blog

Comments